Sabtu, 08 Oktober 2011

Silase untuk makanan ternak

A  Pengertian
Silase adalah suatu produk yang dihasilkan melalui proses fermentasi terkontrol suatu bahan pakan berkadar air tinggi. Pendefinisian lebih sempit menyebutkan bahwa silase merupakan hijauan makanan ternak yang disimpan di dalam silo dan telah mengalami fermentasi dalam keadaan anaerob. Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan mengurangi kehilangan zat makanan suatu bahan baku untuk dapat dimanfaatkan pada masa mendatang. Silase dibuat jika produksi bahan baku dalam jumlah yang banyak atau pada fase pertumbuhan dengan kandungan zat makanan optimum.
Bahan yang dijadikan silase biasanya berupa hijauan makanan ternak (rumput dan legum) dan hasil tanaman pertanian. Silase dapat dibuat dari satu macam atau campuran beberapa bahan pakan, misalnya campuran jagung dan sorghum, rumput dan leguminosa, beberapa macam leguminosa, beberapa macam rumput maupun biji-bijian. Dari tanaman jagung dapat dibuat empat macam pakan silase yaitu silase tanaman jagung secara keseluruhan, silase biji jagung, silase tebon jagung dan silase klobot (kulit buah jagung). Selain itu, ikan dan udang maupun limbahnya dapat pula dijadikan silase tetapi produknya tidak dikategorikan sebagai silase (Kelas III) melainkan sebagai bahan pakan sumber protein (Kelas V).
B.     Metode Pembuatan Silase
Metode pembuatan silase (ensilase) awalnya berkembang di Eropa pada pertengahan abad 19, dan masuk ke Jepang 100 tahun yang lalu sebelum menyebar keseluruh dunia 30 tahun kemudian. Ensilase meliputi dua proses yaitu proses aerob dan proses anaerob. Proses aerob terjadi dengan adanya oksigen, yang dimanfaatkan oleh tanaman untuk proses respirasi. Pada kondisi aerob, enzim tanaman dan mikroorganisme memanfaatkan oksigen dan mengoksidasi karbohidrat mudah larut (water soluble carbohydrate = WSC) menjadi karbondioksida dan panas. Jumlah CO2 dalam waktu 24-48 jam pertama meningkat hingga 50-70% dari total gas dalam silo. Proses respirasi terus berlanjut selama oksigen tersedia yang dipengaruhi oleh proses pemadatan bahan baku silase.
gula + O2 → CO2 + air + panas
Proses pemadatan bahan baku yang baik akan mempersingkat proses aerob dan secara bersinambungan dilanjutkan dengan proses berkembangbiaknya bakteri anaerob. Bakteri anaerob dengan cepat berkembang dan proses fermentasi dimulai. Proses fermentasi ini mulai berlangsung 2-3 hari setelah silo ditutup dan berakhir 2-3 minggu kemudian. Mikroorganisme yang diharapkan tumbuh dengan cepat adalah bakteri Lactobacillus yang menghasilkan asam laktat. Asam laktat menurunkan pH silase. Pengurangan proses aerob dengan menghilangkan kandungan oksigen dari bahan merupakan faktor yang sangat penting untuk menghasilkan silase yang baik.
Bakteri anaerob menguraikan karbohidrat selama fermentasi menjadi asam organik dan asam laktat, sementara protein diuraikan menjadi asam amino dan amonia. Fermentasi yang berjalan terus meningkatkan konsentrasi asam organik sehingga meningkatkan derajat kemasaman sekitar 3-3.5. Peningkatan asam organik mengakibatkan bakteri anaerob mati keseluruhan dan proses fermentasi selesai. Proses perombakan bahan organik menyebabkan terjadinya penyusutan sekitar 1/3 jumlah bahan baku yang difermentasi.
Kriteria untuk menentukan nilai silase secara fisik adalah melalui warna, bau dan rasa sedangkan secara kimia melalui pH dan kadar N-NH3. Kriteria silase yang baik diperlukan dalam mengevaluasi berkualitas atau tidaknya silase yang dibuat.
C.     Aditif silase
Aditif silase dapat dibagi menjadi 3 kategori umum yaitu a. stimulan fermentasi, seperti inokulan bakteri dan enzim, b. inhibitor fermentasi seperti asam propionat, asam format dan asam sulfat, dan c. substrat sepertii molases, NPN (seperti : urea dan amonia).
a.       Stimulan fermentasi
Stimulan fermentasi bekerja membantu pertumbuhan bakteri asam laktat sehingga kondisi asam segera tercapai, contohnya inokulan bakteri yaitu bakteri asam laktat yang berfungsi untuk meningkatkan populasi bakteri asam laktat dalam bahan pakan, sedangkan inhibitor fermentasi digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk seperti Clostridia sehingga pakan bisa awet, sebagai contoh yaitu asam-asam organik seperti asam format, propionat dan laktat. Salah satu penambahan zat aditif sebagai stimulan fermentasi yaitu dengan bakteri asam laktat seperti lactobacillus plantarum, pledioccus pentosomonas. Proses silase juga memiliki prinsip yaitu menekan bakteri yang tidak diinginkan seperti bakteri pembusuk dan meningkatkan jumlah bakteri yang diharapkan seperti bakteri asam laktat.

b.      Inhibitor fermentasi

c.       Substrat

Ada 2 masalah utama yang menyebabkan pakan ternak khususnya pakan ternak ruminansia yang diberikan tidak memenuhi kecukupan jumlah dan asupan nutrient. Diantaranya adalah:
1.      Bahan pakan pada umumnya berasal dari limbah pertanian yang rendah kadar protein kasarnya dan tinggi serat kasarnya. Tingginya kadar serat ini yang umumnya didominasi komponen lignoselulosa (karbohidrat komplek) yang sulit dicerna.
2.      Ketersedian pakan yang tidak kontinyu. Ini dikarenakan langkanya bahan pakan terutama di musim kemarau. Untuk mengatasi masalah tersebut berbagai terobosan telah dilakukan. Untuk meningkatkan nilai gizi dari pakan ternak yang umum dilakukan adalah dengan memebuat menjadi hijauan kering (hay), penambahan urea (amoniasi) dan awetan hijauan (silase). Pengolahan bahan pakan dengan pengeringan sangat tergantung dengan musim/panas matahari sedangkan pengolahan dengan amoniasi (penambahan urea) acapkali terjadi kausus toksikasi karena tingginya amonia. Teknologi yang sekarang berkembang adalah pembuatan pakan tidak hanya sekedar awet (silase) tapi juga kadar nutrient sesuai dengan kebutuhan gizi ternak.

SILASE KOMPLIT

Hal ini dikarenakan sebagian besar pakan sapi mengandung serat yang tinggi, sehingga perlu teknologi pengolahan agar nilai kecernaannya maningkat. Salah satu pengolahan yang bisa dilakukan adalah dalam bentuk silase. Silase merupakan hijauan yang diawetkan dengan cara fermentasi dalam kondisi kadar air yang tinggi (40-80 persen). Keunggulan pakan yang dibuat silase adalah pakan awet (tahan lama), tidak memerlukan proses pengeringan, meminimalkan kerusakan zat makanan/gizi akibat pemanasan serta mengandung asam-asam organik yang berfungsi menjaga keseimbangan populasi mikroorganisme pada rumen (perut) sapi.

Konsep teknologi silase yang dikembangkan selama ini masih bersifat silase tunggal (single silage) dan proses pembuatannya dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Dalam praktek di lapangan, konsep silase ini cukup terkendala karena selain meminta tempat simpan (pemeraman) yang cukup vakum juga silase yang dihasilkan jika diberikan ke ternak hanya memenuhi 30-40 persen kebutuhan nutrisi ternak.

Keunggulan SILASE KOMPLIT
Berbeda dengan silase tunggal, silase komplit memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah:
1)   Lebih mudah dalam pembuatannya karena tidak perlu memerlukan tempat pemeraman yang an-aerob, cukup dengan semi aerob.
2)   Kandungan gizi yang dihasilkan juga lebih tinggi, dapat memenuhi 70-90 persen kebutuhan gizi ternak sapi.
3)   Memiliki sifat organoleptis (bau harum, asam) sehingga lebih disukai ternak (palatable).

Teknik Pembuatan SILASE KOMPLIT
Prinsip pembuatan pakan komplit dalam bentuk silase ini seperti proses fermentasi pada umumnya. Setelah bahan disiapkan dan dicampur, selanjutnya diperam selama beberapa minggu dalam wadah yang tertutup rapat (anaerob). Teknik pembuatan silase komplit yaitu:

A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari 3 kelompok bahan yakni:
1)     Kelompok bahan pakan hijauan
Bahan pakan hijauan disini dapat berupa bahan pakan dari hijauan makanan ternak (HMT) seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput kolonjono (Panicum muticum), Tanaman Jagung (Zea mays) dan rumput-rumput lainnya. Selain dari HMT, limbah-limbah dari sisa panen seperti jermai padi, jerami kedelai juga dapat digunakan. Bahan pakan ini sebagai sember serat utama.
2)     Kelompok bahan pakan konsentrat
Kelompok bahan pakan konsentrat dapat berupa dedak padi/bekatul, onggok (ampas tapioka), ampas sagu, ampas tahu dan lain-lain. Bahan pakan konsentrat ini selain untuk memperbaiki kandungan nutrisi dari pakan yang dihasilkan juga berfungsi sebagai substrat penopang proses fermentasi (ensilase).
3)    Kelompok bahan pakan aditif.
Kelompok ketiga adalah bahan-bahan aditif. Bahan aditif disini dapat terdiri dari campuran urea, mineral, tetes dan lain-lain.

B. Rasio Bahan
Rasio dari ketiga kelompok bahan tadi dapat mengacu pada formula 7:2:1 atau 6:3:1 berturut-turut untuk Hijauan : Konsentrat : Aditif yang didasarkan pada persentase berat.

C. Pencampuran
Pencampuran dilakukan dengan urutan komponen bahan aditif dicampur dulu dengan konsentrat hingga merata selanjutnya dicampurkan ke hijauan. Jika kondisi hijauan atau limbah petanian agak kering maka diperlukan tambahan air sehingga kadar air campuran mencapai + 40 persen.
Masukkan bahan silase kedalam drum yang telah dilapisi plastik tebal. Tutup dan tekan dengan kuat atau diinjak-injak agar udara didalam keluar. Kemudian ikat plastik tersebut secara rapih, rapat dan tidak ada udara masuk ke dalam, serta jangan sampai bocor. Tutup drum rapat-rapat dengan penutupnya.

D. Pengeraman
Setelah semua bahan dimasukkan dan tertutup rapat dalam drum kemudian dieramkan dengan disimpan selama 3 minggu (21 hari). Silase  dapat dibuka (dipanen) untuk diberikan langsung kepada ternak. Apabila silase yang dinuat tidak langsung diberikan pada ternak, silase jangan dibuka. Silase harus disimpan dalam kondisi tertutup dan dapat disimpan hingga 4 – 8 bulan.
by: Rike Dumbi